Sabtu, 27 Maret 2010

Malam Larut dalam Larut Malam

Malam kian membisu dalam diamnya
kian pekat dalam gelapnya,
kian membeku dalam dinginnya,
dedauanan menjerit pelan, terusik angin yang mengalun mengitari alam yang lelah menanti pagi,
Dan aku disini terhenyak, kala malam menerka setiap gerak yang kucipta,
hingga diri letih berlari, tak kunjung henti ia menacari
Ah.,,
Aku terbuai mimpi di penghujung mudaku,
akankah semua berakhir denganketakutan dan tanda tanya?
Aku pernah berhayal bahwa kelak dunia akan seperti matematika,
bukan sejarah manusia yang terus berubah

***
Malam memang telah tergaris oleh nasib untuk mengarungi hari-hari hidup dalam pekat,
dan setia mengiringi setiap helaan nafas dalam peraduan
Maka bila ada tanda tanya atas malam yang selalu bergulir dengan kebekuan,
sungguh adalah sebuah keraguan.
Dan,
Bila kita bermimpi, kenapa tak coba untuk menafsirkannya dalam kehidupan,
bahwa hidup akan lebih indah dengan mimpi.
Bila engaku ragu akan mimpimu, jangan pernah engkau ragu dengan tuhanmu.
Dan,
bila engkau menghitung Matematika, maka ia adalah kebenaran yang menyakitkan.
bahwa kadang dalam hidup, satu tambah satu tak selamanya dua.
Tuhanmu dan Tuhanku, terlalu cendekia untuk mengatur hal itu,
Hingga kita tak mampu mengukur dengan nalar telanjang.

Selasa, 16 Maret 2010

Kembali Jalan Setia

Apa yang telah kita coba ukir, adalah sebuah kenistaan
dan apa yang akan coba kita pikir, adalah sebuah aib yang tak pantas diungkapkan.
Aku, engkau dan dia,
terlalu sempit untuk hidup dalam satu ruang cinta

Maka tidak lebih indahkah sebuah kata setia?
Sungguh, aku tak tahu, apa yang salah dengan kita?
Aku, engkau, tak ada yang salah.
Hanya keadaan yang mempertemukan kita

Sebelum semua terlanjur usai,
mari kita kembali ke jalan setia masing-masing.
Mungkin yang kita dapat sementara ini (selama kita bersama) hanyalah fatamorgana belaka
dan...,
Segalanya tentang kesetiaan jauh lebih berarti seribu satu kali.

Minggu, 14 Maret 2010

Aku Ingin Hidup

Aku bukan Tuhan yang bisa menentukan,
Tapi Aku bisa menjamin bahwa aku akan tetap bertahan demi Engkau seorang.
Lautan merah darah yang bergelombang tak mungkin dapat kucegah,
tapi aku yakin bahwa semangatmu dan semangatku akan mengalahkan segalanya,

Aku bukan tuhan yang bisa menentukan,
Tapi salahkah aku jika aku ingin bertahan hidup sedikit saja lebih panjang?
Muntahan laknat itu telah berulang kali mebanjiri hidupku,
Tapi aku tetap bertahan demi hidup dan kehidupanku.

Aku bukan tuhan yang bisa menentukan,
Tapi setidaknya aku telah menjadi Tuhan bagi diriku sendiri
yang berjuang untuk hidup menentukan hidupnya sendiri
bahkan langitpun tak tahu bahwa setiap kali aku menangis, adalah hujan yang membanjiri

Rindu akan surga,
menjadi nyanyian dalam kalbu,
selalu bersenandung tentang indahnya kedamaian itu.

Tapi bukankah hidup itu untuk mati?
Aku siap unuk menghadapi kematianMu Tuhan.
Wallahu A'lam.
Aku siap.
Tabahkanlah Hati bagi setiaporang yang kucintai bila kutinggalkan.
Amin.