Selasa, 27 Oktober 2009

AKU BERTANYA

Oh............,,,, Tuhan,
Ijinkan aku bertanya,
benarkah ini kutukan? atau hanya sekedar ujian?
Sungguhkah ini satu aib? atau hanya keburukan nasib?
Rasanya terlalu lama sudah Engkau membalut hidup kami
dengan duri-duri dan kerikil-kerikil tajam,
hingga kami harus terseok tersayat untuk mengarungi hidup,
untuk tetap dijalanMu.

Betapa ini hukuman? atau sekedar cobaan iman?
apakah suatu kenistaan? ataukah hanya pahit getir kehidupan?
rasanya sudah terlalu sering Engkau menjerat nafas kami
dengan segala keterbatasan dan keterpurukan
hingga bagi kami tinggallah celah-celah kehinaan
untuk menempuh kehadiratMu,
Tuhan, sudikah Engaku memberi jawaban atas segala gundah?
Amien.

REMUK

"Pyaaa...................rrrr....!!!!"
Sebuah gelas pecah tanpa retak,

Hati patah,
Sebuah cinta putus tanpa ditolak

Sabtu, 24 Oktober 2009

Aku Terkurung Disini

Betapa aku terkurung disini tanpa arti,
menanti tanpa ujung dengan harapan dan kecemasan.
Betapa aku sungguh telah dijebak oleh waktu
semakin berjalan, semakin mendesak dan menjepitku

Oh......,,,,,, Sungguh ketidakberdayaan yang sempurna
Lantaran aku telah terpaku dalam ruang tungguku
sementara yang kunanti telah asyik bermain dengan segala kesibukannya sendiri tak berhenti

Betapa aku terkurung di sini tanpa arti
rerumputan belum memberi isyarat tentang kedatangannya
sementara pepohonan pun tak bergolek, membisu
kicau burung tak mendendangkan di mana ia
dan aku terus saja menanti

Betapa aku terkurung di sini tanpa arti
dan sungguh adalah ketidakberdayaan yang sempurna

Rabu, 21 Oktober 2009

MUARA KEHIDUPAN


Apa yang terjadi padaku?,
setidaknya aku telah mengukir senyum
untuk orang-orang terdekat yang selalu mengasihiku,
setidaknya aku telah selalu berlomba dengan surya
untuk menyapa kehidupan

dan setidaknya pula
aku telah berlomba mencari tentang arti kehidupan:

pada muara tangis dan air mata
pada hembusan desah keluh kesah
kemudian pada sebersit senyum dan tawa

apa yang 'kan terjadi padaku?
oh...,,,Tuhan, kiranya Engkau Maha Tahu
karena hanya kepadaMu aku kembali mengadu

Rabu, 14 Oktober 2009

Senyum Berlari Pergi


Senyum berlari pergi
Tawa berkelana tak tentu rimbanya
Kesedihan begitu erat memeluk kehidupan
tangis dan air mata
begitu ceria menghiasi sudut-sudut masa depan
seolah hidup hanya semata untuk rintihan.

senyum berlari pergi
sementara tangis menghampiri
Bahagia bersembunyi entah dimana
kemudian sedih datang begitu saja tanpa diminta
oh...,, masih adakah harapan untuk secerca canda?
sementara hari-hari hanya berhias tangis, ratapan dan air mata
telah berkali-kali, bahkan beribu kali,
telah kutulis undangan kepada kebahagiaan untuk menyapaku,
NIHIL.

Tuhan..,,,
hanya padaMU ku berpegang teguh,
saat senyum itu berlari pergi.


2008

Kamis, 08 Oktober 2009

Pahlawan Terlalu Cepat Pergi

Barangkali, para pahlawan terlalu cepat meninggalkan kita.
Ya..,, benar.
Mereka telah mewariskan kemerdekaan untuk kita

tapi seharusnya,
mereka juga harus menyempurnakannya.

Sebab kini,
kemerdekaan semakin terpurukkan oleh kekuasaan,

kebebasan telah direnggut oleh kesewenangan
kemudian cita-cita luhur harus tersungkur.
semua oleh otak-otak hedonisme
dan tangan-tangan kapitalisme

seolah mereka berlomba menunggangi kemerdekaan ini.

Tapi bukankah kita semua masih punya hati?
Lalu dimanakah nurani itu bersembunyi?


Ya.., Para pahlawan terlalu cepat meninggalkan kita,
sehingga wasiat menyempurnakan kemerdekaan
menjadi tanggung jawab
yang harus kita pikul bersama
tapi kok rasanya terlalu berat,
sehingga kita harus saling mengelak
dan lari dari tanggung jawab membangun bangsa.


mari bertapa unutuk menunaikan wasiat mereka,
ataukah para pahlawan pergi untuk kesia-siaan?
sebab merdeka harus dibayar nyawa.

Ironis

Sungguh,
Kemiskinan adalah racun yang dapat membunuh,
perlahan namun pasti ia mencekik kehidupan.
Maka untuk dapat lari dari kemiskinan segala cara dilakukan,
dan yang haran pun dihalalkan.

Sungguh, kemiskinan adalah sumber musibah segala kekacauan,
karenanya..,
setiap orang menjerit meminta belas kasih,
setiap orang menengadahkan tangan untuk sesuap nasi
dan mereka akan selalu bernyanyi, kemudian bermimpi tentang kebahagiaan,
walau mereka tak tahu kapan kebahagiaan itu 'kan menyapa mereka.

Sungguh keironisan di depan mata kita,
kita ini negara kaya, tapi dimanakah kekayaan kita?
Sungguh, kebodohan adalah musuh yang nyata
dan kemiskinan adalah muara dari segala kebodohan itu.

Selasa, 06 Oktober 2009

Keadaan

Aku Seperti Tak Lagi Bernyawa

Aku seperti tak lagi bernyawa
Dalam setiap hembusan nafas adalah ratapan
Hanya secerca kebahagiaan yang dapat kujilat
Dan selebihnya bagiku adalah derita, siksa dan air mata
Betapa aku ingin segera melepas hidupku
Tapi Tuhan dan Malaikat tampak gembira melihatku terlunta
Dan mungkin hidup dan mati bagiku sama saja
lihatlah............!, betapa aku terpenjara dalam gubukku
Betapa hatiku telah terpasung untuk ayah bundaku
Betapa aku harus setia dalam derita bersama mereka
Aku seperti tak lagi bernyawa
Setiap langkah yang kujejaki adalah jurang,
menjerembabkanku dalam ketidak berdayaan,
Hanya seberkas sinar yang dapat kutangkap,
selebihnya bagiku adalah gulita dan senyap
Aku seperti tak lagi bernyawa
Tapi..,,,
Oh....,,, Betapa Tuhan masih sayang padaku.

Tiada Berputus Asa


Tiada Berputus Asa

Saat Kehidupan hanya sedikit menolehmu,
Saat kekuasaan hanya sedikit menjamahmu,
Dimana kebahagiaan hanya menjadi secerca titik bagimu
ketika tangis dan keroncong air mata menjadi lagu wajib,
kemudian senyum dan tawa harus dibeli dengan telaga keringat,
maka sungguh itulah jurang yang akan menjerembabkanmu.

Namun, sungguh pula, tiada berputus asa dari Rahmat kecuali hanya kaum Kafirin.
Maka kami hanya menulis pesan dan do'a kepada tuhan
kemudian kami hanyutkan bersama derasnya kucuran keringat.

Entah kapan Tuhan 'kan memungut do'a kami
tapi kami yakin bahwa esok matahari akan terbit kembali
dan kami harus kembali menatap kehidupan yang tak pernah memandang kami ada disini.


Sungguh, tidak akan berubah nasib seorang hamba dari suatu kaum
Selama ia tidak membalik tangan dan menapakkan kaki pada terjalnya kehidupan