Selasa, 01 Mei 2012

Merindukan Kekasih


Pagi itu diam..
Ketika pucuk pucuk cemara terpaku bisu
Membawa jiwaku mengembara
Hingga menembus batas lamunku

Di sini..
Masih Aku simpan setangkup rindu untukmu
Di sudut hati, dimana keresahan membias sendu
Hingga lelah hati temani sepiku..

Entah..
Masih sanggupkah tangan ini melukis langit
Dan menggambar garis garis pucat wajahmu
Diantara rindu yang menghempaskan aku
Atau biarkan saja angin menghapus jejakmu

Mungkin..
Aku Akan terus menanti
Hingga Kau Kembali di sini

Jumat, 13 April 2012

Tangisan Tertahan

Aku terpaku pada kebisuan langit
berputar pada pusaran kehidupan
aku termenung bersama senandung mendung
hitam berkabut seperti jiwaku

Adikku menangis karena lapar katanya
rasa nyeri di badan membuatku tertahan
hingga aku tak mampu berkelana.



Depan Padepokan Mungil, 27 Juli 2005

Aku Bukan Untuk Kau Genggam

Malam ini Bulan tak bersinar, kemana gerangan ?
Lalu bersinarkah bulan esok malam?
Dan bersinarkah bulan lusa malam?
Kemudian perlahan, menyibak awan, bulan berkata:
"Aku bukan untuk kau genggam"

Bintang berkerlip begitu terang,
Adakah hati insan sedang riang?
Lalu seterang inikah bintang esok malam?
Dan seterang inikah bintang lusa malam?
Kemudian sedikit meredup, bintang berbisik lirih:
"Aku bukan untuk kau genggam"

Lalu kemana arah angin bertiup malam ini?
Masih ia terdiam dalam pertapaan menanti titah
Lalu kemanakah arah angin esok?
Dan kemanakah arah angin lusa?
Kemudian perlahan angin muncul, dan membisik kata:
"Aku bukan untuk kau genggam"

Ah., entahlah....,,
Pada langit aku bersimpuh harapan,
Pada Sang Pencipta langit aku memohon kekuatan.
Amin.



Pelataran Rumah Usang, 12 April 2012

Senin, 09 April 2012

Aku Ingin Engkau Tahu


Tahukan engkau wahai juwita?

Aku ingin engkau tahu:
Aku rela menjilat debu di telapak kakimu,
Rela mengusap noda di bajumu,
Bersihkan sisa make up di wajah. Aku rela.

Bila engkau merasa jenuh,
Bermainlah di taman hatiku.
Jika engkau merasa panas oleh sengatan mentari,
berteduhlah di pohon cintaku yang rindang ini.



Sungguh....:
Merah telah aku merahkan,
Putih telah aku putihkan.
Dan kini tinggal menunggu,
Sebuah jawaban,
Satu ungkapan, satu kepastian.
Segeralah., Agar aku tak larut dalam penantian.

Sudut Ruang Kelas, 25 Juli 2005


TANDA TANYA

Di dalam kekosongan,
Yang kumiliki hanyalah hampa
Dalam hampaku, timbulkan tanda tanya,

Di dalak kemarahan,
Yang menguasai hanyalah puncak amarah dan nafsu,
Dalam puncaknya itu, lahirkan tanda tanya,

Pada sebuah kebodohan,
Yang dilakukan seakan hanya kesia-siaan,
Pada kesia-siaan tersebut, munculkan tanda tanya.

Tanda tanya.?.


Hasil Pelamunan di Pelataran Lapang, 15 Juli 2005

B A L U T A N

Segala tawa dan kebahagiaan
Segala canda serta keramaianku,

Nafsu, marah dan amarah,
Riang serta kegembiraanku,

Hanyalah berkutat dalam kesedihan yang dibalut kesengsaraan


Pojok Kamar Usang, 15 Juli 2005

Jumat, 06 April 2012

Dendang Derita


Angin musim tak mampu mengusir gelapnya mendung,
duri-duri semakin tajam,
menancap dalam kehidupan.
surat undang yang kukirim kepada kebahagiaan belum mendapat balasan
teriakan isak tangisku telah samapi pada batas neraka jahanam
ratapan do'aku pun menyambung ke tujuh langit,
namun hingga jangkrik bersiul,
sampai bulan muncul beserta pengawal setianya
kemudian malam menjemput pagi :

TAK ADA YANG BERUBAH

M E N T A R I

Matahari akan menaungi kita
Asalkan meminta bimbingan kepada diatas langit
Sebab bayangan hitam malam,
dan kegelapan berlipat telah menyelubungi bumi,
Marilah kita mandi bersama dalam berkah
dan mengisi hati kita yang kelaparan akan kebajikan.
Janganlah kau diperbudak oleh nasib,
Sebab kemuliaan yang bertahta di angkasa,
mampu diraih oleh kehinaan yang bergulingan di tanah.

Sabtu, 10 Maret 2012

CINTA BERTANYA

Waktu yang berguling tergerus arus zaman

Dulu engkau pemalu bak putri raja, ketika kutatap parasmu dalam sepi

Engkau membungkam dalam sendu

Dan aku terngiang bercak benih cinta di bola matamu

Antara kau dan aku yang dulu terpendam

Ku coba arungi cintanya tuk menggayuh butiran mutiara dalam lautan kasih

Di cela rindu asmara yang mengumpal

Rindu ku semakin pasang,

Aku bergulung ombak di atas lauatan cintanya

Engkau kirimkan ombak tsunami tuk menghanyutkanku

hingga aku terdampar di beranda cintanya dia

hatiku terombang ambing terbawa gelombang

tak tau kemana harus bersandar

serintik gerimis kau undang

aku pun berteduh di senyapnya risalah hatimu

desir ombak di pantai menghapus jejak cintaku bersama dia

ku tanam sebingkai cinta dari serpihan pasir dan debu

tuk menepis senyumu yang dulu ranum

namun pada hasrat aku bertanya:

Masih adakah cinta untuku?