Bila kita selalu berkaca setiap saat dan di setiap tempat
Maka tergambarlah: Alangkah bermacamnya wajah kita
Yang berderet bagai patung di toko mainan di seberang jalan:
Wajah kita adalah wajah bulan yang purnama dan coreng-moreng
Serta bergelatungan penuh dengan topeng
Wajah kita adalah wajah manusia yang bukan lagi manusia
Dan terbenam dalam wayang
Berperan dalam pendalangan, Bermain dalam penyutradaraan
Menunaikan peran walau tak tahu untuk siapa kita berperan
Wajah kita adalah wajah rupawan yang bersolek menghias lembaran kitab suci dan kitab undang-undang
Wajah kita adalah politisi yang mengepalkan tangan bersikutan
Menebalkan muka meraih kedudukan
Menghalalkan segala cara untuk mencapai keinginan,
Menghunus pedang untuk menang,
Membidik mesiu untuk maju,
Wajah kita adalah wajah setan yang menari bagai bidadari
Merayu kita dengan nafsu birahi,
Membujuk kita untuk lupa terhadap Tuhan kita sendiri
Bila kita selalu berkaca dengan kaca yang buram tak sempurna
Maka tergambarlah: Alangkah berperseginya wajah kita
Yang terkadang bagai binatang di kota taman margasatwa:
Wajah kita adalah wajah serigala yang mengaum menerkam mangsanya
dengan buas, lahap dan gairahnya
tak peduli lagi tentang keluarga ataupun saudara
Wajah kita adalah wajah anjing yang mengejar bangkai dan kotoran
Di tong sampah dan selokan-selokan
Tak peduli lagi tentang malu dan kehormatan
Wajah kita adalah wajah kuda yang berpacu mengelus bayu
Mendenguskan nafas-nafas nafsu
Tak peduli lagi tentang nasib anak cucu
Wajah kita adalah wajah babi yang menyeruduk dalam membuta
Menyembah tumpukan harta benda melimpah ruah
Tak peduli lagi tentang pertikaian dan simbah darah
Wajah kita adalah wajah buaya
Yang menatap dengan sedihnya, menerkam begitu ganasnya
Tak peduli lagi tentang adat, etika dan budaya
Bila kita selalu berkaca dengan kaca yang mengkilap dan rata,
Maka tergambarlah: Alangkah berseadanya wajah kita, yang mendengar segala erang,
Yang tak kan menolong sebelum ditabuh genderang
Maka seharusnyalah kita
Berkerendahan hati dan berkelapangan dada:
Wajah kita adalah wajah yang kurang tambah serat selebihnya
Wajah kita adalah yang sujud rebah bagiNya jua
Wajah kita adalah wajah yang bukan wajah
Wajah kita sesungguhnya bukan siapa-siapa dan bukan apa-apa
Wajah kita sesungguhnya wajah yang tak bertuan
HANYA FATAMORGANA
Astaghfirullah Hal Adzim....
***
Ada jajaran beribu pulau membentang dan gunung yang menjulang,
Tapi Kami putra dan putri Indonesia, belum bisa merasakan indahnya kemerdekaan,
Ada lautan, lembah, sawah dan ladang menghampar,
Tapi Kami putra dan putri Indonesia, belum bisa merasakan kenyang,
Ada gemuruh berseru dan sunyi beryanyi,
Tapi Kami putra dan putri Indonesia, belum bisa tidur dan mimpi tenang,
Maka, biarkan kami berproklamasi:
PROKLAMASI 2
Kami, Bangsa Indonesia
Dengan ini menyatakan Kemerdekaan Bangsa Indonesia
Untuk yang kedua kalinya
Hal-hal yang mengenai:
Hak asasi manusia, utang piutang
Dan lain-lain
Yang tak habis-habisnya
INSYAALLAH
Akan habis
Diselenggarakan dengan cara saksama
Dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya
Jakarta, 25 Maret 1992
Atas nama bangsa Indoensia,
Boleh – Siapa Saja
***
Kami adalah jiwa hampa, Jiwa bukan tak berjiwa, bagai kearifan yang renta
Ke dalam embun ia bertanya: Mana dimana kau manusia yang lebih dari sekedar hanya?
Tolong, Tolonglah kami, Jiwa, jiwa tak berjiwa: Luka diatas luka!!
***
Biar miskin, tapi kami tak hendak sungguh miskin,
Biar fakir, tapi kami tak hendak jatuh kafir,
Kami tetap percaya:
Kekayaan dan kemiskinan hanya keadaan
Kekayaan dan kemiskinan hanya titipan kepada kita,
Kita, sesungguhnya tetap tiada,
Yang Maha Ada hanya Dia, Hanyalah Dia, Allah saja.
(Astaghfirullah.......................................................)
***
Wahai., kalian yang mendustakan agama:
Apa yang tersisa ketika kalian harus mengucap selamat malam pada rembulan?
Apa yang tersisa ketika kalian harus merantau tanpa araah rantau?
Apa yang kalian sisakan saat nafas sudah melayang?
Apa yang kalian sisakan saat nyawa sudah tak berbadan?
Apa yang kalian banggakan saat kalian telah tidur terdiam?
***
Kembalilah kekuasaan kepada pengawasan,(Kembalilah...)
Kembalilah pengawasan kepada kedaulatan, (Kembalilah...)
Kembalilah kedaulatan kepada rakyat, (Kembalilah...)
Kembalilah rakyat kepada umat, (Kembalilah...)
Kembalilah umat kepada rahmat, (Kembalilah...)
Kembalilah rahmat kepada asal segala rahmat, (Kembalilah...)
Kepada Maha Pemberi Rahmat, (Kembalilah...)
ALLAH.