Selasa, 29 November 2011

Pesan dari Kawan

Ini pesan dari kawanku:


BANGKIT KEMBALI

Kucoba merenung dalam-dalam

Oh.........ada kesalahan yang tajam

Penyebab masa silamku kelam

Kucoba untuk bangkit

Sederat kata kurakit erat

Hatiku memberi kata sepakat untuk menjadi insan bermartabat

Bangun hatiku bangun........!

Disana menumpuk harapan

Raih segala kemenengan

Walau banyak tantangan

Kujembatani makna kebenaran

Kudayung nilai keyakinan

Tiada aral melintang

Cita-cita kubawah pulang


Dengan segala kerendahan hati, kuterima pesanmu, wahai saudaraku.

Senin, 28 November 2011

Wajah Kita

Bila kita selalu berkaca setiap saat dan di setiap tempat

Maka tergambarlah: Alangkah bermacamnya wajah kita

Yang berderet bagai patung di toko mainan di seberang jalan:

Wajah kita adalah wajah bulan yang purnama dan coreng-moreng

Serta bergelatungan penuh dengan topeng

Wajah kita adalah wajah manusia yang bukan lagi manusia

Dan terbenam dalam wayang

Berperan dalam pendalangan, Bermain dalam penyutradaraan

Menunaikan peran walau tak tahu untuk siapa kita berperan

Wajah kita adalah wajah rupawan yang bersolek menghias lembaran kitab suci dan kitab undang-undang

Wajah kita adalah politisi yang mengepalkan tangan bersikutan

Menebalkan muka meraih kedudukan

Menghalalkan segala cara untuk mencapai keinginan,

Menghunus pedang untuk menang,

Membidik mesiu untuk maju,

Wajah kita adalah wajah setan yang menari bagai bidadari

Merayu kita dengan nafsu birahi,

Membujuk kita untuk lupa terhadap Tuhan kita sendiri

Bila kita selalu berkaca dengan kaca yang buram tak sempurna

Maka tergambarlah: Alangkah berperseginya wajah kita

Yang terkadang bagai binatang di kota taman margasatwa:

Wajah kita adalah wajah serigala yang mengaum menerkam mangsanya

dengan buas, lahap dan gairahnya

tak peduli lagi tentang keluarga ataupun saudara

Wajah kita adalah wajah anjing yang mengejar bangkai dan kotoran

Di tong sampah dan selokan-selokan

Tak peduli lagi tentang malu dan kehormatan

Wajah kita adalah wajah kuda yang berpacu mengelus bayu

Mendenguskan nafas-nafas nafsu

Tak peduli lagi tentang nasib anak cucu

Wajah kita adalah wajah babi yang menyeruduk dalam membuta

Menyembah tumpukan harta benda melimpah ruah

Tak peduli lagi tentang pertikaian dan simbah darah

Wajah kita adalah wajah buaya

Yang menatap dengan sedihnya, menerkam begitu ganasnya

Tak peduli lagi tentang adat, etika dan budaya

Bila kita selalu berkaca dengan kaca yang mengkilap dan rata,

Maka tergambarlah: Alangkah berseadanya wajah kita, yang mendengar segala erang,

Yang tak kan menolong sebelum ditabuh genderang

Maka seharusnyalah kita

Berkerendahan hati dan berkelapangan dada:

Wajah kita adalah wajah yang kurang tambah serat selebihnya

Wajah kita adalah yang sujud rebah bagiNya jua

Wajah kita adalah wajah yang bukan wajah

Wajah kita sesungguhnya bukan siapa-siapa dan bukan apa-apa

Wajah kita sesungguhnya wajah yang tak bertuan

HANYA FATAMORGANA

Astaghfirullah Hal Adzim....

***

Ada jajaran beribu pulau membentang dan gunung yang menjulang,

Tapi Kami putra dan putri Indonesia, belum bisa merasakan indahnya kemerdekaan,

Ada lautan, lembah, sawah dan ladang menghampar,

Tapi Kami putra dan putri Indonesia, belum bisa merasakan kenyang,

Ada gemuruh berseru dan sunyi beryanyi,

Tapi Kami putra dan putri Indonesia, belum bisa tidur dan mimpi tenang,

Maka, biarkan kami berproklamasi:

PROKLAMASI 2

Kami, Bangsa Indonesia

Dengan ini menyatakan Kemerdekaan Bangsa Indonesia

Untuk yang kedua kalinya

Hal-hal yang mengenai:

Hak asasi manusia, utang piutang

Dan lain-lain

Yang tak habis-habisnya

INSYAALLAH

Akan habis

Diselenggarakan dengan cara saksama

Dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya

Jakarta, 25 Maret 1992

Atas nama bangsa Indoensia,

Boleh – Siapa Saja

***

Kami adalah jiwa hampa, Jiwa bukan tak berjiwa, bagai kearifan yang renta

Ke dalam embun ia bertanya: Mana dimana kau manusia yang lebih dari sekedar hanya?

Tolong, Tolonglah kami, Jiwa, jiwa tak berjiwa: Luka diatas luka!!

***

Biar miskin, tapi kami tak hendak sungguh miskin,

Biar fakir, tapi kami tak hendak jatuh kafir,

Kami tetap percaya:

Kekayaan dan kemiskinan hanya keadaan

Kekayaan dan kemiskinan hanya titipan kepada kita,

Kita, sesungguhnya tetap tiada,

Yang Maha Ada hanya Dia, Hanyalah Dia, Allah saja.

(Astaghfirullah.......................................................)

***

Wahai., kalian yang mendustakan agama:

Apa yang tersisa ketika kalian harus mengucap selamat malam pada rembulan?

Apa yang tersisa ketika kalian harus merantau tanpa araah rantau?

Apa yang kalian sisakan saat nafas sudah melayang?

Apa yang kalian sisakan saat nyawa sudah tak berbadan?

Apa yang kalian banggakan saat kalian telah tidur terdiam?

***

Kembalilah kekuasaan kepada pengawasan,(Kembalilah...)

Kembalilah pengawasan kepada kedaulatan, (Kembalilah...)

Kembalilah kedaulatan kepada rakyat, (Kembalilah...)

Kembalilah rakyat kepada umat, (Kembalilah...)

Kembalilah umat kepada rahmat, (Kembalilah...)

Kembalilah rahmat kepada asal segala rahmat, (Kembalilah...)

Kepada Maha Pemberi Rahmat, (Kembalilah...)

ALLAH.

Jumat, 04 November 2011

IBU (Muara Kasih Anak 11 Tahun nan Rindu Ibu)


(anak kecil itu...)
Ibu.,
Sembilan bulan kau mengandungku,
hingga kemudian aku kau lahirkan,
Kau didik aku penuh sabar,
kau besarkan aku penuh kasih sayang,
Jasamu tak mungkin dapat kubalas,
Hanya do'a untukmu ibu,
Semoga Tuhan memberi kedamaian,
Dan semoga surga Tuhanku,
menjadi tempat terbaikmu kemudian.
Amin.

*****

(aku,,,)
Dan ibumu adalah muara bagi segala kasihmu

pelabuhan terakhir bagi segala kepenatanmu
oase bagi padang tandus kerinduanmu
dan senandung merdu bagi alunan musikmu
maka peluklah erat ibumu, wahai adikku
karena ibumu pun tak mamu menahan rindu

Jumat, 04 Februari 2011

Salam Rinduku

Aku menangis sekalipun.,
Air mataku tak akan mengalir sampai padamu.,
Aku berteriak sekalipun.,
Jeritanku tak akan sampai mengalun pada telingamu.,
Sebab dinding hatimu begitu tebal berukir amarah dan kecemburuan terhadapku


Sungguh., tidak tidak mempertemukan kita,
Lalu hanya untuk memisahkan kita disini,

Maka dengarkanlah tiupan angin yang berhembus mesra padamu,
Membawa salam cinta dan rinduku.

Sudahi Perselisihan

Biarlah sejuta sumpah serapah keluar dari mulut manismu.,
Biarlah semua pikiran kotor tentang aku datang padamu,
Biarlah semua aku tampak selalu salah di matamu
Dan biarlah semua akan menyalahkan aku.

Maka biarlah hanya aku dan Tuhanku yang tahu bahwa aku tidak demikian,

Langit pun menangis
Hujanpun meringis
Saat pertengkaran kita semakin tragis,
Sudahi perselisihan antera kita, hanya kau prmaisuriku


Haruskah aku menangis karenamu?
Sementara aku tak lagi mampu mengadu

Aku tak lagi mampu berpikir dan berkhayal tentang dirimu.,
Untuk saat ini,
Aku yang telah kau abaikan sendiri dalam sepi dan sedih